PAIN for beauty, rasanya sudah menjadi pepatah umum bagi wanita. Fenomena rela menderita demi kecantikan ini tak hanya berkisar menahan pegal dan rela kram saat mengenakan sepatu hak tinggi, tapi sudah meluas ke berbagai tindakan operatif untuk mendapatkan penampilan sempurna sesuai standar sosial yang berlaku.
Namun, sejak era Ratu Cleopatra hingga masa wanita urban sekarang ini,diet demi tubuh ramping merupakan contoh pain for beauty yang tak lekang digerus waktu. Seiring waktu berjalan, cara diet pun ikut berevolusi.
Dari membatasi diri terhadap makanan dengan hanya mengonsumsi sayur, buah, dan ikan segar ala Cleopatra, rutin meminum ramuan teh herbal layaknya putri-putri China, hingga diet rendah karbohidrat yang kini menjadi favorit wanita urban, baik untuk menurunkan berat badan maupun untuk mempertahankannya.
Apa yang menjadikan diet rendah karbohidrat sebagai solusi tepat mendapatkan tubuh ramping? Ambil contoh diet atkins, yang termasuk salah satu varian diet rendah karbohidrat yang kini tengah populer di antara para artis Hollywood.
Dr Robert Atkins, sang penggagas, dalam bukunya mengatakan, diet yang disebutnya sebagai atkins nutritional approach adalah sebuah revolusi dalam menurunkan berat badan tanpa menyiksa diri dengan berlapar-lapar.
"Dr Atkins melakukan riset dari berbagai jurnal kesehatan dan menemukan bahwa diet rendah karbohidrat merupakan solusi tepat bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan tanpa harus merasa tersiksa akibat rasa lapar yang terus-menerus. Diet ini bukan rekayasa, bahkan lebih seperti panduan nutrisi untuk tubuh yang lebih sehat," ujar Direktur Riset dan Pengembangan Atkins Nutritionals Collette Heimowitz ini.
Diet rendah karbohidrat, seperti halnya diet atkins, sebenarnya merupakan kombinasi antara pembatasan asupan karbohidrat dan peningkatan konsumsi protein serta lemak, baik nabati maupun hewani.
Sesuatu yang membuat diet rendah karbohidrat menjadi populer karena keberhasilannya yang tinggi dalam mengatasi berat badan berlebih. Selain itu diet ini membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah, mengurasi risiko diabetes, dan mencegah serangan jantung.
Lalu, bagaimana cara kerja diet rendah karbohidrat sebenarnya? Heimowitz menjelaskan bahwa diet rendah karbohidrat akan menstimulasi metabolisme tubuh untuk membakar lebih banyak cadangan lemak karena asupan karbohidrat yang rendah.
"Apa yang kita makan sehari-hari kebanyakan merupakan karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, pasta juga junk food," kata Heimowitz.
Karbohidrat yang pada dasarnya mengandung glukosa merupakan sumber energi yang paling mudah diuraikan tubuh ketimbang protein atau lemak yang material dasarnya asam amino dan asam lemak.
Karbohidrat membutuhkan waktu urai 4 jam, sedangkan protein dan lemak membutuhkan waktu 6 jam untuk dicerna tubuh. Hal itu juga yang membuat mereka yang mengonsumsi lebih banyak karbohidrat lebih cepat lapar.
Dengan diet rendah karbohidrat, asupan karbohidrat kompleks akan dikurangi sehingga tubuh akan terprovokasi untuk memproduksi energi melalui cadangan lemak dan lebih tinggi.
"Protein dan lemak membutuhkan waktu lebih banyak untuk dicerna secara sempurna, karena itu rasa lapar pun akan tertahan," paparnya.
Dia juga menjelaskan bahwa mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar hanya akan meningkatkan berat badan karena sisa metabolisme karbohidrat akan disimpan dalam bentuk lemak.
Bukan hanya mengurangi berat badan secara signifikan, dibandingkan jenis diet lainnya, low-carb diet juga bisa mengurangi risiko diabetes. Bahkan diet tersebut sangat dianjurkan bagi mereka yang menderita diabetes dan ingin menurunkan berat badan.
Peneliti asal Swedia, Jorge Vesti Nielsen mengatakan, diet rendah karbohidrat bagus bagi penderita diabetes karena asupan karbohidrat yang rendah berarti berkurangnya produksi glukosa yang akan memicu kenaikan insulin.
Hal tersebut dibuktikan Nielsen melalui penelitian yang melibatkan 16 peserta dengan berat badan berlebih yang mengidap penyakit diabetes, ternyata bisa mengurangi berat badannya, sekaligus mengontrol kadar glukosa dengan menjalankan diet rendah karbohidrat
0 comments:
Post a Comment